Tugas 1
JURNAL
JURNAL
NERACA PEMBAYARAN DALAM DAN LUAR NEGERI
PERIODE 2010-2014
Disusun oleh :
1EB17
Kelompok 07
Dosen : Antoni,
SE., MM
Nama Kelompok :
- Selfi Damayanti (26216894)
- Sonny Armansya (27216127)
- Syaras Ayuning Tyas (27216249)
- Wafa Atika Warsono (27216576)
- ` Wicaksono Bagus Kurniawan (27216621)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
I. ABSTRAK
Neraca
pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi
internasional antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya dalam
jangka waktu tertentu. Perkembangan neraca pembayaran memiliki keterkaitan yang
erat dengan perkembangan sektor riil, fiskal, dan moneter. Dalam menganalisa
keseimbangan neraca pembayaran, dapat dilakukan dengan menganalisis setiap
komponen neraca pembayaran yang meliputi transaksi berjalan dan transaksi pasar
modal dan keuangan. Berdasarkan analisis struktur dan perkembangan NPI dapat
disimpulkan bahwa NPI selama tiga tahun terakhir dalam kondisi tertekan dan
faktor-faktor penyebabnya cenderung bersifat struktural. Selain itu terlihat
pula struktur NPI semakin rentan terhadap gejolak eksternal, karena bertambah
besarnya peranan modal asing masuk (capital inflows). Kinerja NPI berpengaruh
terhadap posisi cadangan devisa Indonesia. Peningkatan surplus NPI Triwulan
II-2014 menjadikan posisi cadangn devisa pada angka 107,7 miliar dolar AS atau
meningkat sebesar 5,1 miliar dolar AS dari triwulan I-2014. Jumlah cadangan
devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar
negeri Pemerintah selama 6,1 bulan dan berada di atas standar kecukupan
internasional. Pada Juli 2014, posisi cadangan devisa kembali meningkat menjadi
110,5 milair dolar AS. Perlu dilakukan berbagai langkah kebijakan untuk
mengurangi tekanan terhadap NPI.
II. KATA KUNCI
- DEFISIT
- SURPLUS
- EKSPOR DAN IMPOR
- VALUTA ASING (VALAS)
- PASAR KEUANGAN GLOBAL
III.
PENDAHULUAN
Kebijaksanaan
neraca pembayaran merupakan bagian integral dari kebijaksanaan pembangunan dan mempunyai
peranan penting dalam pemantapan stabilitas di bidang ekonomi yang diarahkan
guna mendorong pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan perluasan
kesempatan kerja. Di bidang perdagangan, kebijaksanaan ditujukan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri dalam negeri, menunjang
pengembangan ekspor nonmigas, memelihara kestabilan harga dan penyediaan
barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri serta menunjang iklim usaha yang
makin menarik bagi penanaman modal.
Neraca pembayaran
merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan
jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Dua
neraca penting dalam neraca pembayaran adalah neraca perdagangan dan neraca
keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan antara ekspor dan
impor. Sedangkan neraca keseluruhan menunjukkan perimbangan antara keseluruhan
aliran pembayaran ke luar negeri. Defisit dalam neraca pembayaran berarti
antara pembayaran ke luar negeri lebih besar dari pada penerimaan dalam negeri.
Salah satu faktor penentu ini adalah ekspor lebih besar dari impor. Pengaliran
modal ke luar negeri merupakan faktor lain yang menimbulkan defisit neraca
tersebut. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan
neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.
Transaksi dalam
neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi.
1. Transaksi debit, yaitu transaksi
yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam negeri ke luar
negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
2. Transaksi kredit yaitu
transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar negeri ke
dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi
yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
III. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang kami gunakan adalah kami
melihat data ini dari berbagai media referensi yang resmi dan terpercaya yaitu
melalui web resmi dari Bank Indonesia dan Blog-Blog orang yang sudah terpercaya
keaslian datanya.
IV.
PEMBAHASAN
A. Neraca Pembayaran Indonesia
Penyusunan
neraca pembayaran Indonesia didasarkan pada Balance of Payments Manual yang
diterbitan oleh IMF. Neraca pembayaran Indonesia memuat
statistik mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan penduduk Indonesia dengan
bukan penduduk dalam suatu periode tertentu. Transaksi ekonomi adalah
pertukaran nilai ekonomi dari satu unit ekonomi kepada unit ekonomi lainnya
yang meliputi pertukaran barang dan jasa dengan finansial item, barter
pertukaran antar finansial item dan pemberian atau penerimaan barang dan jasa
atau finansial item tanpa imbalan. Sedangkan transaksi ekspor dan impor barang
dalam neraca perdagangan didasarkan atas dokumen kepabeanan dari Ditjen Bea dan
Cukai (BI : Statistik Keuangan dan Ekonomi Indonesia, 2009: 87). Defisit neraca
pembayaran akan berakibat sistemik terhadap perekonomian dalam suatu negara.
Defisit sebagai akibat impor lebih kecil dari ekspor maka bisa berakibat pada
menurunnya kegiatan ekonomi dalam negeri karena konsumen membeli barang bukan
buatan dalam negeri, melainkan barang impor. Harga valuta asing yang naik akan
menyebabkan harga barang impor mahal. Hal ini akan berdampak pada kegiatan
ekonomi dalam negeri akan terhambat karena kegairahan pengusaha untuk
menanamkan modal ke dalam negeri akan menurun.
Bank
Indonesia mencatat, surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang kuartal
pertama 2010 melonjak tajam yakni US$6,6 miliar dibandingkan surplus NPI
kuartal sebelumnya sebesar US$4,0 miliar. Kenaikan angka surplus tersebut ditunjang
surplus pada transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Jumlah
cadangan devisa pada akhir kuartal pertama 2010 juga meningkat menjadi US$71,8
miliar atau setara 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Adapun posisi cadangan devisa periode April 2010 telah mencapai US$78,6 miliar,
setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Sebaliknya, transaksi berjalan sepanjang kuartal pertama 2010 mencatatkan
surplus sebesar US$1,6 miliar, atau turun dibandingkan posisi surplus US$3,6
miliar pada akhir triwulan empat 2009.
PERIODE 2010
Realisasi
Tw.I 2010
Beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw.I-2010 antara
lain:
·
Perekonomian dunia
terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik dan merata. Perbaikan tersebut
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi di Cina, sebagai motor perekonomian kawasan
Asia dan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar, yang mencapai 11,9% (y.o.y).
Selain itu, beberapa indikator makroekonomi di sebagian negara maju, seperti Amerika
Serikat, Jepang, negara-negara kawasan Uni Eropa juga terus memperlihatkan
perbaikan.
·
Menguatnya
permintaan dunia, seiring dengan pemulihan perekonomian global, mempengaruhi
kenaikan harga beberapa komoditas ekspor nonmigas utama dan harga minyak. Harga
komoditas, seperti karet, tembaga, batubara, dan minyak sawit (CPO) terus naik.
Selain itu, rata-rata harga ekspor minyak mentah Indonesia (unit price)
pada Tw.I-2010 juga meningkat dari USD73,1/barel pada triwulan sebelumnya
menjadi sebesar USD75,2/barel. Perkembangan harga gas (LNG) juga bergerak
searah dengan pergerakan harga minyak selama periode laporan.
·
Sejalan dengan
pemulihan ekonomi dunia, ekonomi Indonesia pada Tw.I-2010 juga mengalami
pertumbuhan tahunan yang terus meningkat, dari sebelumnya 5,4% menjadi 5,7%
pada triwulan laporan. Berbeda dengan beberapa triwulan sebelumnya, pada
Tw.I-2010 sektor investasi memberikan kontribusi yang lebih besar dibanding
sektor konsumsi dalam pertumbuhan ekonomi. Penurunan porsi pada sektor konsumsi
ditengarai terkait dengan kontraksi pada konsumsi pemerintah selepas
penyelenggaraan pesta demokrasi di tahun 2009.
·
Laju inflasi
Indonesia pada akhir Tw.I-2010 mencapai 3,4%. Relatif terjaganya inflasi selama
periode laporan tidak lepas dari kebijakan Bank Indonesia yang tetap
mempertahankan BI Rate sejak pertengahan 2009 hingga akhir Tw.I-2010 di level
6,5%. Implikasi dari kestabilan kondisi perekonomian domestik tersebut
ikutmempengaruhi perkembangan nilai tukar Rupiah/USD yang menguat dari
rata-rata Rp9.473 (Tw.IV-2009)menjadi Rp9.254 (Tw.I-2010). Selain itu, faktor
eksternal berupa rendahnya inflasi di beberapa negara mitra dagang ditengarai
juga ikut mempengaruhi perkembangan inflasi dalam negeri.
·
Produksi minyak
Indonesia selama periode laporan mencapai 0,955 juta barel per hari (bpd),
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (0,951 juta bpd). Pada saat yang sama
konsumsi bahan bakar minyak (BBM) menurun menjadi 82,8 juta barel dari periode
sebelumnya 89,7 juta barel. Lebih rendahnya konsumsi BBM ini antara lain disebabkan
oleh faktor musiman dimana pada triwulan IV-2009 terdapat hari besar keagamaan
dan aktivitas akhir tahun.
Alasan :
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada
Tw.I-2010 mencatat surplus USD6,6 miliar, membaik dibandingkan kinerja pada
Tw.IV-2009 (surplus USD4,0 miliar), didukung oleh surplus yang terjadi, baik
pada transaksi berjalan maupun pada transaksi modal dan finansial,
masing-masing sebesar USD1,6 miliar dan USD4,3 miliar. Ekspor nonmigas mencatat
laju pertumbuhan yang terus meningkat seiring dengan perkembangan perekonomian
global yang terus membaik, terutama pada wilayah Asia yang tumbuh sangat pesat.
Di sisi lain, permintaan domestik yang meningkat sebagai refleksi dari
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kenaikan kebutuhan bahan baku ekspor yang
berasal dari impor mendorong laju pertumbuhan impor meningkat lebih tinggi dari
pertumbuhan ekspor. Kondisi ini menyebabkan kinerja transaksi berjalan mencatat
surplus yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sekalipun demikian,
transaksi berjalan masih membukukan surplus yang cukup tinggi akibat adanya
penyusutan defisit pada neraca jasa dan pendapatan ditengah penurunan surplus
pada neraca perdagangan minyak dan gas dan neraca transfer berjalan.
Menurunnya surplus transaksi berjalan
tersebut dapat diimbangi oleh transaksi modal dan finansial yang mengalami
surplus cukup tinggi, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, akibat
dukungan dari kinerja pada investasi portofolio dan investasi langsung.
Meningkatnya arus masuk pada investasi portofolio dan investasi langsung pada
Tw.I-2010 tersebut didukung oleh kondisi makroekonomi domestik yang relatif
stabil dan membaiknya kondisi likuiditas di pasar global. Sejalan dengan
dinamika NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa pada akhir periode (Maret 2010)
menjadi USD71,8 miliar atau setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 5,7 bulan, meningkat dari
triwulan lalu sebesar USD66,1 miliar.
Realisasi Tw.II 2010
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran
Indonesia selama Tw. II-2010 antara lain:
·
Proses pemulihan
ekonomi yang diperkirakan terus berlanjut dan semakin menunjukkan kemajuan yang
signifikan. Hal tersebut tercermin pada pertumbuhan ekonomi beberapa negara
yang merupakan mitra dagangutama Indonesia, seperti Amerika Serikat, Jepang,
dan Singapura. Implementasi kebijakan fiskal yang ketat diEropa dan upaya
otoritas moneter Cina untuk menahan laju pertumbuhan ekonominya terlihat
belumberdampak negatif terhadap kinerja ekspor pada TwII-2010.
·
Permintaan dunia
yang terus menguat mempengaruhi kenaikan harga beberapa komoditas ekspor
nonmigas utama dan harga minyak. Harga komoditas, seperti karet, batubara, dan
minyak sawit (CPO) terus naik. Selain itu, rata-rata harga ekspor minyak mentah
Indonesia (unit price) pada Tw.II-2010 juga meningkat dar iUSD75,2/barel
pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar USD76,8/barel. Perkembangan harga gas
(LNG) juga bergerak searah dengan pergerakan harga minyak selama periode
laporan.
·
Perbaikan kondisi
ekonomi juga terjadi di Indonesia seperti tercemin pada PDB pada Tw.II-2010
yang tumbuhsebesar 6,2% (y.o.y), meningkat pesat dibandingkan triwulan
sebelumnya (5,7%). Pertumbuhan tersebut ditopang oleh meningkatnya konsumsi
rumah tangga dan industri sehingga mendorong kenaikan impor nonmigas.
·
Kondisi
makroekonomi dalam negeri lainnya yang membaik dan stabil, seperti tercermin
pada nilai tuka rRupiah/USD yang menguat dari rata-rata Rp9.254 (Tw.I-2010)
menjadi Rp9.118 (Tw.II-2010 dan suku bunga acuan (BI Rate) yang masih tetap
pada level 6,5%, menyebabkan imbal hasil investasi di Indonesia tetap kompetitif
dibandingkan negara emerging market.
·
Produksi minyak
Indonesia selama periode laporan mencapai 0,966 juta barel per hari (bpd),
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (0,955 juta bpd) dan sedikit di atas
rata-rata target produksi tahun 2010. Pada saat yang sama, seiring dengan
pertumbuhan ekonomi domestik yang meningkat, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) menjadi
sebesar 87,7 juta barel meningkat daripada periode sebelumnya (82,3 juta barel)
sehingga mendorong kenaikan impor minyak.
Alasan :
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada
Tw.II-2010 mencatat surplus USD5,4 miliar, didukung oleh surpluspada transaksi
berjalan serta transaksi modal dan finansial. Transaksi berjalan mencatat
surplus USD1,8 miliar, dipengaruhi oleh membaiknya kinerja neraca perdagangan
nonmigas, neraca pedagangan gas, dan neraca transfer berjalan. Terus
berlanjutnya perbaikan ekonomi dunia, khususnya pada negara mitra dagang utama
Indonesia, mendorong akselerasi ekspor lebih tinggi dibandingkan laju impor
nonmigas pada triwulan sebelumnya. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut
lebih rendah daripada Tw.I-2010 (surplus USD2,1 miliar) akibat meningkatnya defisit
neraca perdagangan minyak dan defisit neraca pendapatan.
Sementara itu, surplus neraca modal dan
finansial pada Tw. II-2010 tercatat sebesar USD3,3 miliar, berasal dari surplus
pada komponen investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya.
Kondisi makroekonomi domestik yang relatif stabil dan membaiknya iklim
investasi di Indonesia, antara lain tercermin pada perbaikan rating Indonesia
menjadi investment grade oleh Japan Credit Rating Agency, mendorong arus
masuk investasi langsung di Indonesia (PMA). Sementara itu, meningkatnya
kebutuhan akan valuta asing untuk aktivitas bisnis di dalam negeri mempengaruhi
kenaikan penarikan utang luar negeri (ULN) dan simpanan penduduk di luar
negeri. Meskipun demikian, surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih
rendah daripada Tw.I-2010 (surplus USD4,3 miliar) akibat turunnya arus masuk
investasi portofolio akibat krisis utang di beberapa negara Eropa. Dengan
perkembangan di atas, jumlah cadangan devisa pada akhir periode (Juni 2010)
menjadi USD76,3 miliar atau setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 5,8 bulan, meningkat dari
triwulan lalu sebesar USD71,8 miliar.
Realisasi Tw.
III-2010
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran
Indonesia pada Tw. III-2010antara lain:
·
Proses perbaikan
ekonomi dunia yang terus berjalan menyebabkan ekspor nonmigas terus meningkat.
Cina dan India yang mencatat pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara mitra
dagang utama Indonesia memberikan dampak positif bagi akselerasi ekspor
nonmigas Indonesia, khususnya komoditas berbasis SDA.
·
Permintaan dunia
yang terus tumbuh menyebabkan harga beberapa komoditas utama ekspor
Indonesia,seperti CPO dan tembaga, mengalami peningkatan.
·
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami perlambatan pada Tw. III-2010 (5,8%, y.o.y) dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya (6,2%). Hal ini menyebabkan pertumbuhan impor nonmigas
turut melambat.
·
Produksi minyak
Indonesia selama periode laporan mencapai 0,950 juta barel per hari (bpd),
lebih rendah dari triwulan sebelumnya (0,965 juta bpd). Meskipun produksi
minyak menurun, namun pelepasan stok minyak yang tersedia dapat mendorong
kenaikan volume ekspor minyak di periode laporan. Pada saat yang sama,seiring
dengan pertumbuhan ekonomi domestik, konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
meningkat menjadi sebesar 92,5 juta barel, daripada periode sebelumnya (87,7
juta barel), sehingga mendorong kenaikan imporproduk minyak. Sementara itu,
perkembangan harga minyak menunjukkan kecenderungan yang menurun dari sebelumnya
(USD76,8/barel) menjadi USD73,8/barel.
·
Membaiknya kondisi
makroekonomi Indonesia yang disertai dengan nilai tukar yang cenderung
stabil(Rp9.001/USD) dan suku bunga acuan (BI Rate: 6,5%) yang relatif tinggi
menyebabkan imbal hasil investasi di Indonesia menjadi relatif menarik
dibandingkan emerging markets. Kondisi ini menjadi salah satu pendorong derasnya
arus masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio.
Alasan :
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Tw.
III-2010 mencatat surplus USD7,0 miliar, lebih tinggi daripadatriwulan
sebelumnya berkat surplus yang signifikan baik pada transaksi berjalan maupun
pada transaksi modal dan finansial. Transaksi berjalan pada periode laporan
mencatat surplus USD1,3 miliar, ditopang oleh surplus padaneraca perdagangan
nonmigas, neraca perdagangan gas, dan transfer berjalan. Namun, surplus
transaksi berjalan tersebut lebih rendah daripada Tw. II-2010 akibat
meningkatnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. Sementara itu, neraca
modal dan finansial pada Tw. III-2010 mengalami kenaikan surplus yang sangat
signifikan menjadi sebesar USD6,5 miliar dibandingkan triwulan lalu sebesar
USD4,4 miliar. Kontributor utama peningkatan tersebut berasal dari surplus
komponen investasi portofolio dan investasi langsung. Dengan perkembangan di
atas,jumlah cadangan devisa pada akhir September 2010 meningkat menjadi USD86,6
miliar atau setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar
negeri pemerintah selama 6,6 bulan (triwulan lalu cadangan devisa berjumlah
USD76,3 miliar).
Realisasi TW. IV-2010
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran
Indonesia selama Tw.IV-2010, antara lain:
·
Proses perbaikan
ekonomi dunia, terutama mitra dagang utama Indonesia, yang terus berjalan
menyebabkan ekspor nonmigas terus meningkat. China dan India masih mencatatkan
pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara mitra dagang utama Indonesia sehingga
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ekspor nonmigas Indonesia,
khususnya komoditas berbasis SDA. Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat
dan Jepang yang tumbuh lebih baik dari perkiraan semula juga menambah dorongan
penguatan kinerja ekspor lebih lanjut.
·
Permintaan dunia
yang semakin tumbuh pesat dan adanya kendala faktor perubahan cuaca yang
ekstrim menyebabkan gangguan pasokan sehingga harga beberapa komoditas utama
ekspor Indonesia, seperti CPO, tembaga, dan karet, mengalami kenaikan tajam.
·
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami peningkatan pada Tw. IV-2010 (6,9%, y.o.y) dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,8%). Perkembangan ini kemudian mendorong
akselerasi pertumbuhan impor nonmigas.
·
Produksi minyak
Indonesia selama kurun waktu Tw. IV-2010 mencapai 0,912 juta barel per hari
(bpd), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (0,950 juta bpd). Kendala natural
declining pada sumur-sumur minyak tua dan kerusakan pipa gas yang digunakan
dalam proses produksi minyak di Riau adalah beberapa faktor penyebab penurunan
kinerja tersebut. Penurunan produksi minyak tersebut, di tengah konsumsi BBM
yang relatif tinggi, menyebabkan kebutuhan impor minyak meningkat. Sejalan
dengan status Indonesia sebagai net oil importer, harga minyak yang meningkat dari
rata-rata USD73,8/barel menjadi USD84,9/barel ikut memberikan andil terhadap
kenaikan defisit neraca perdagangan minyak.
·
Membaiknya kondisi
makroekonomi Indonesia yang disertai dengan nilai tukar yang cenderung stabil
(Rp8.963/USD) dan suku bunga acuan (BI Rate: 6,5%) yang masih menarik
menyebabkan investasi di Indonesia menjadi relatif menarik dibandingkan negara
berkembang. Kondisi ini menjadi salah satu pendorong derasnya arus masuk modal
asing dalam bentuk investasi portofolio.
Alasan :
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada
Tw.IV-2010 mencatat surplus USD11,3 miliar. Baik transaksi berjalan maupun
transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi positif dengan mencatat
surplus masingmasing sebesar USD1,2 miliar dan USD9,9 miliar. Kinerja transaksi
berjalan ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas yang melampaui kenaikan impor
nonmigas, seiring dengan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi global
serta membaiknya harga sejumlah komoditas ekspor unggulan. Sementara itu,
transaksi modal dan keuangan mengalami kenaikan surplus yang sangat signifikan,
terutama berasal dari surplus pada komponen investasi langsung dan investasi
lainnya. Sejalan dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa pada
akhir periode naik dan mencapai posisi tertinggi selama ini, yakni sebesar
USD96,2 miliar.
PERIODE 2011
Realisasi Triwulan I-2011
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran
Indonesia selama Tw. I-2011, antara lain:
•
Harga komoditas
yang masih meningkat di Tw. I-2011 serta proses perbaikan ekonomi dunia yang
masih berlangsung mendorong pertumbuhan total ekspor tetap tinggi.
•
Pertumbuhan ekonomi Tw. I-2011 cukup tinggi
mencapai 6,5%, yang didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan
investasi yang cukup tinggi masing-masing sebesar 4,5% dan 7,3%. Perkembangan
ini mendorong berlangsungnya akselerasi pertumbuhan impor nonmigas.
•
Penghentian
produksi secara tidak terduga (unplanned shutdown), masalah offtaker proyek,
dan kendala bawah tanah (subsurface) menyebabkan produksi minyak nasional turun
dari triwulan sebelumnya sebesar 0,912 juta barel per hari (bph) menjadi
sebesar 0,908 juta bph pada Tw. I-2011. Penurunan produksi minyak yang terjadi
di tengah konsumsi BBM yang relatif tinggi menyebabkan kebutuhan impor minyak
meningkat. Kenaikan volume impor minyak, disertai oleh harga minyak di pasar
internasional yang juga terus naik, memberikan andil terhadap kenaikan defisit
neraca perdagangan minyak.
•
Di sisi lain,
terjaganya stabilitas kondisi makroekonomi Indonesia, prospek bisnis ke depan
yang baik, dan imbal hasil investasi dalam aset rupiah yang relatif menarik
dibandingkan negara berkembang, mendorong arus masuk modal asing dalam bentuk
investasi portofolio dan investasi langsung tetap deras. Hal ini juga
berimplikasi pada apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari
Rp8.963/USD (Tw. IV-2010) menjadi Rp8.899/USD.
Alasan :
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada
Tw. I-2011 mencatat surplus USD7,7 miliar, ditopang oleh surplus transaksi
berjalan maupun transaksi modal dan finansial, masing-masing sebesar USD1,9
miliar dan USD6,2 miliar. Penguatan surplus transaksi berjalan di triwulan
laporan tertahan oleh tingginya transaksi impor terutama impor produk minyak
akibat produksi minyak yang menurun dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang
meningkat di tengah harga minyak di pasar internasional yang masih cenderung
naik. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial terutama ditopang
oleh arus masuk modal jangka panjang (PMA) dan investasi portofolio yang
meningkat. Sejalan dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa
pada akhir periode naik mencapai USD105,7 miliar.
Realisasi Triwulan II-2011
Beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw.
II-2011, antara lain:
•
Volume perdagangan dunia dan harga komoditas
internasional yang tinggi mendorong kinerja ekspor di triwulan laporan;
•
Pertumbuhan ekonomi Tw. II-2011 cukup tinggi
mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi
yang masing-masing tumbuh sebesar 4,6% dan 9,2%. Perkembangan permintaan
domestik ini, ditambah dengan berlanjutnya penguatan nilai tukar rupiah,
mendorong akselerasi pertumbuhan impor nonmigas;
•
Penghentian produksi secara tidak terduga
(unplanned shutdown) dan penurunan kinerja sumur secara alamiah menyebabkan
produksi minyak nasional turun dari 0,908 juta barel per hari (bph) pada
triwulan sebelumnya menjadi sebesar 0,902 juta bph pada Tw. II-2011. Penurunan
produksi minyak yang terjadi di tengah konsumsi BBM yang relatif tinggi
menyebabkan kebutuhan impor minyak meningkat. Kenaikan volume impor minyak,
disertai oleh harga minyak di pasar internasional yang juga terus naik,
memberikan andil terhadap kenaikan defisit neraca perdagangan minyak;
•
Kombinasi faktor penarik dari dalam negeri
(pull factors) dan faktor pendorong dari luar negeri (push factors) mendorong
derasnya arus masuk modal asing ke instrumen rupiah, terutama SUN dan saham.
Faktor-faktor domestik tampak pada fundamental ekonomi yang kondusif, imbal
hasil yang relatif tinggi dengan pergerakan indikator risiko yang relatif
stabil, dan ekspektasi currency gain di kalangan investor. Faktor-faktor
eksternal tercermin pada ketidakpastian dan lambannya proses pemulihan krisis
utang di beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang terjadi di
tengah masih tingginya ekses likuiditas global. Hal ini juga berimplikasi pada
penguatan lebih lanjut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari rata-rata
Rp8.899/USD pada Tw. I-2011 menjadi rata-rata Rp8.590/USD pada Tw. II-2011.
Alasan :
Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI) pada Tw. II-2011 mencatat surplus USD11,9 miliar, terutama didorong oleh
lonjakan surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai USD12,5 miliar,
meningkat signifikan dibanding USD6,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Seluruh
komponen transaksi modal dan finansial mengalami surplus. Sumber terbesar
berasal dari derasnya aliran masuk modal asing ke dalam instrumen saham dan
surat utang baik pemerintah maupun swasta, diikuti oleh penarikan pinjaman luar
negeri sektor swasta dan penarikan simpanan swasta dari perbankan di luar
negeri. Selain itu, aliran masuk PMA dan simpanan bukan penduduk pada perbankan
domestik juga mengalami peningkatan. Di sisi lain, transaksi berjalan mencatat
surplus sebesar USD0,2 miliar, ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas dan
ekspor gas. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut menyusut dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai USD2,1 miliar akibat meningkatnya tekanan
defisit neraca perdagangan minyak, neraca jasa, dan neraca pendapatan. Sejalan
dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa pada akhir periode
laporan bertambah menjadi sebesar USD119,7 miliar.
Realisasi Triwulan
III-2011
Beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw. III-2011, antara lain:
·
Diversifikasi mitra
dagang Indonesia mendorong kinerja ekspor di triwulan laporan tetap kuat
kendati laju harga komoditas utama ekspor melambat;
·
Pertumbuhan ekonomi
Tw. III-2011 cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,8% dan 7,1%.
Perkembangan permintaan domestik ini mendorong akselerasi pertumbuhan impor
nonmigas;
·
Produksi minyak
yang meningkat dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang sedikit menurun
menyebabkan defisit neraca perdagangan minyak mengecil;
·
Gejolak di pasar
keuangan global akibat ketidakpastian penyelesaian krisis sovereign debt di
kawasan Eropa dan memburuknya perekonomian Amerika Serikat berimbas pada
perkembangan pasar finansial di emerging markets, termasuk Indonesia. Derasnya
arus keluar modal asing, terutama pada Agustus-September 2011, dari pasar saham
domestik dan Surat Utang Negara (SUN) serta besarnya Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) milik asing yang jatuh tempo menyebabkan tekanan defisit pada transaksi
modal dan finansial.
Alasan :
Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw. III-2011mengalami defisit sebesar
USD4,0miliar, terutama akibat tekanan pada transaksi modal dan finansial yang
mengalami defisit sekitar USD3,4 miliar yang jauh lebih besar dibandingkan
surplus transaksi berjalan (USD0,2 miliar). Di tengah ketidakpastian yang
tinggi atas penyelesaian krisis utang di Eropa yang menyebabkan perlambatan
ekonomi di kawasan tersebut dan juga perlambatan ekonomi AS, kinerja neraca
perdagangan barang masih mencatat surplus. Bersama dengan surplus pada transfer
berjalan, surplus tersebut mampu melebihi defisit yang terjadi pada neraca
pendapatan dan neraca jasa, sehingga transaksi berjalan tetap surplus. Di sisi
lain, dampak dari kondisi di Eropa dan AS menyebabkan arus keluar modal
investasi portofolio mengalir deras, terutama pada komponen saham dan Surat
Utang Negara. Kendatipun demikian, level arus masuk modal langsung yang cukup
tinggi mampu menahan laju penurunan kinerja transaksi modal dan finansial
menjadi tidak terlalu dalam.
Realisasi
Triwulan IV-2011
Secara ringkas,
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
selama Tw. IV-2011, antara lain:
•
Pertumbuhan ekonomi
Tw. IV-2011 yang cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,9% dan 11,5%.
Perkembangan permintaan domestik ini mendorong impor nonmigas tumbuh tinggi (20,4%;
y.o.y);
•
Penurunan harga
komoditas dan perlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam menyebabkan kinerja
ekspor nonmigas melambat (10,0%; y.o.y);
•
Peningkatan
permintaan gas (khususnya LNG) untuk kebutuhan domestik, sementara di sisi lain
terjadi penurunan produksi gas akibat natural declining kilang tua (Bontang dan
Arun) yang belum dapat tertutupi dengan hasil peningkatan eksplorasi gas
Tangguh, menyebabkan ekspor gas menurun;
•
Kuatnya fundamental
ekonomi domestik dan prospek ekonomi yang baik mendorong arus masuk modal
investasi langsung tetap tinggi dan mendominasi struktur neraca finansial dalam
NPI;
•
Kestabilan pasar
keuangan domestik dengan imbal hasil yang masih menarik mendorong investasi
portofolio asing kembali masuk ke Indonesia sehingga mengurangi tekanan defisit
transaksi finansial, meskipun ketidakpastian penyelesaian krisis utang di Eropa
dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat masih berlangsung.
Alasan :
Di
tengah ketidakpastian penyelesaian krisis utang di kawasan Eropa dan
perlambatan ekonomi Amerika Serikat yang juga berimbas pada perlambatan ekonomi
beberapa negara emerging mitra dagang utama Indonesia, kinerja Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) pada 2011 masih cukup kuat dengan mencatat surplus
USD11,9 miliar, meski lebih rendah dibanding surplus USD30,3 miliar pada 2010.
Kinerja NPI tersebut terutama ditopang oleh tingginya harga komoditas dan cukup
derasnya aliran masuk modal investasi portofolio pada paruh pertama 2011. Namun
demikian, meningkatnya sentimen negatif akibat ketidakpastian ekonomi global
pada triwulan III 2011 menimbulkan tekanan negatif pada sisi neraca finansial
yang dipicu oleh derasnya aliran modal keluar dari investasi portofolio. Dalam
perkembangannya, tekanan negatif terhadap NPI mulai mereda di triwulan IV 2011.
Defisit NPI pada Tw. IV-2011 menyempit menjadi USD3,7 miliar dibanding defisit
sebesar USD4,0 miliar pada triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI tersebut
terutama akibat berkurangnya tekanan defisit transaksi modal dan finansial pada
Tw. IV-2011 dari defisit USD4,1 miliar pada Tw. III- 2011 menjadi defisit
USD1,4 miliar. Arus keluar transaksi modal dan finansial berkurang setelah
investasi portofolio asing mulai masuk kembali dan investasi langsung asing
serta penarikan utang luar negeri swasta meningkat secara signifikan. Di sisi
lain, surplus neraca perdagangan barang berkurang akibat impor yang terus
meningkat seiring dengan kuatnya permintaan domestik, sedangkan ekspor justru
menurun akibat permintaan dunia dan harga komoditas yang melemah. Penurunan surplus
neraca perdagangan barang tersebut, bersama dengan defisit neraca jasa yang
melebar, mengakibatkan transaksi berjalan pada Tw. IV-2011 mengalami defisit
sebesar USD0,9 miliar (sekitar 0,4% PDB).
PERIODE
2012
Realisasi Triwulan I-2012
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan NPI selama Tw. I-2012,
antara lain:
•
Pertumbuhan ekonomi
Tw. I-2012 yang masih cukup tinggi mencapai 6,3%, didukung oleh pertumbuhan
konsumsi rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,9% dan
9,9%. Cukup tingginya pertumbuhan permintaan domestik tersebut mendorong
pertumbuhan impor nonmigas (f.o.b) mencapai 19,1%, y.o.y;
•
Perlambatan ekonomi
dunia dan penurunan harga komoditas yang lebih dalam menyebabkan kinerja ekspor
nonmigas melambat menjadi 3,6%, y.o.y;
•
Produksi minyak,
karena beberapa kendala teknis, hanya mencapai 865 ribu barel per hari, jauh di
bawah level triwulan sebelumnya dan target APBN-P 2012. Di sisi lain, tingginya
kebutuhan BBM dalam negeri di tengah peningkatan harga minyak internasional
memicu impor minyak menjadi lebih tinggi;
•
Persepsi pasar yang
positif terhadap perekonomian domestik menarik masuknya investasi portofolio
asing, terutama pada instrumen surat berharga berdenominasi valuta asing;
•
Iklim investasi
yang kondusif dan kestabilan makroekonomi yang terjaga mendorong arus masuk
investasi langsung asing dan penarikan pinjaman luar negeri korporasi tetap
tinggi.
Alasan :
Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2012 menguat dengan mencatat defisit
USD1,0 miliar, lebih rendah daripada defisit USD3,7 miliar pada triwulan
sebelumnya. Peningkatan kinerja NPI tersebut didukung oleh transaksi modal dan
finansial yang beralih mengalami surplus sebesar USD2,2 miliar, setelah pada
triwulan sebelumnya mencatat defisit USD1,0 miliar. Transaksi modal dan
finansial menjadi surplus setelah investasi portofolio asing mulai masuk
kembali di saat investasi langsung asing serta penarikan utang luar negeri
swasta masih menunjukkan peningkatan. Surplus transaksi modal dan finansial
tersebut dapat menutupi sebagian defisit transaksi berjalan yang melebar
menjadi sebesar USD2,9 miliar akibat mengecilnya surplus neraca perdagangan
barang seiring dengan impor yang terus meningkat di tengah pelemahan ekspor.
Surplus neraca perdagangan barang yang mengecil tersebut tidak mampu menutupi
defisit neraca jasa dan pendapatan. Kinerja NPI triwulan I 2012 secara
keseluruhan tidak terlepas dari pengaruh eksternal berupa perlambatan ekonomi
dunia dan penurunan harga komoditas ekspor, sementara dari sisi domestik
dipengaruhi oleh masih tingginya permintaan domestik, produksi minyak yang
lebih rendah, dan impor minyak yang lebih tinggi.
Realisasi
Triwulan II-2012
Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) pada Tw. II-2012 mengalami defisit USD2,8 miliar, lebih besar
daripada defisit USD1,0 miliar pada Tw. I-2012. Kondisi ini bersumber dari
defisit transaksi berjalan yang melebar akibat pelemahan permintaan global dan
penurunan harga komoditas ekspor yang terjadi di saat permintaan domestik tetap
kuat. Meskipun transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus yang
signifikan, jumlahnya tidak cukup untuk menutupi defisit transaksi berjalan
sehingga menimbulkan tekanan depresiatif terhadap nilai tukar rupiah. Untuk
menstabilkannya, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing
sehingga menyebabkan jumlah cadangan devisa pada akhir Tw. II-2012 berkurang
menjadi USD106,5 miliar (setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri pemerintah). Penurunan cadangan devisa tersebut juga disebabkan
oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah yang sesuai dengan jadualnya
memang lebih besar daripada triwulan sebelumnya.
Realisasi
Triwulan III-2012
Melambatnya
aktivitas perekonomian domestik pada Tw. III-2012 di tengah kondisi global yang
belum pulih telah mendorong perbaikan kondisi sektor eksternal Indonesia.
Defisit transaksi berjalan menyusut seiring dengan penurunan impor yang lebih
besar dibanding penurunan ekspor. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan
finansial meningkat akibat lebih tingginya aliran dana asing yang didorong oleh
kestabilan ekonomi domestik yang terjaga dan iklim investasi yang cukup baik.
Surplus transaksi modal dan finansial tersebut mampu membiayai sepenuhnya
defisit transaksi berjalan sehingga secara keseluruhan NPI Tw. III-2012 kembali
surplus sebesar USD0,8 miliar. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada
akhir Tw. III-2012 meningkat menjadi USD110,2 miliar (setara dengan 6,0 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah).
Realisasi
Triwulan IV-2012
Kenaikan surplus
NPI tersebut terutama berasal dari surplus transaksi modal dan finansial yang
meningkat signifikan akibat berlanjutnya aliran masuk dana asing, baik dalam
bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung. Arus masuk investasi
asing ini didorong oleh masih baiknya kinerja ekonomi domestik dan kepercayaan
investor yang tetap terjaga dengan baik, serta didukung pula oleh tambahan
likuiditas di pasar keuangan global yang berasal dari ekspansi moneter di
beberapa negara maju. Sejalan dengan itu, posisi cadangan devisa pada akhir
triwulan IV-2012 meningkat menjadi USD112,8 miliar (setara dengan 6,1 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah). Untuk keseluruhan 2012,
pertumbuhan permintaan dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor yang
menurun tajam di tengah permintaan domestik yang masih kuat dan konsumsi BBM
yang meningkat menyebabkan surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut dan
defisit neraca perdagangan migas melebar. Kenaikan surplus transaksi modal dan
finansial tersebut bukan hanya berasal dari investasi portofolio, tetapi juga
berupa investasi PMA, dan didukung pula oleh semakin besarnya porsi devisa hasil
ekspor yang diterima melalui perbankan domestik.
PERIODE
2013
Realisasi
Triwulan I-2013
Pada
triwulan I-2013 defisit transaksi berjalan menyusut yang bersumber dari
meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan berkurangnya defisit
neraca jasa dan neraca pendapatan. Penurunan impor nonmigas merupakan dampak
dari perlambatan pertumbuhan konsumsi dan investasi domestik yang tercermin
dari menurunnya impor barang-barang konsumsi dan barang-barang modal. Sementara
itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran
jasa transportasi dan jasa travel. Dalam periode yang sama, defisit neraca
pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang
luar negeri. Sebaliknya, kinerja neraca perdagangan migas kembali memburuk
akibat terus meningkatnya volume konsumsi BBM dan menurunnya produksi minyak.
Untuk
meredam kuatnya tekanan depresiasi rupiah selama triwulan I-2013, Bank
Indonesia memutuskan untuk mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan
valuta asing (valas) untuk pembayaran impor minya dari perbankan domestik.
Berkurangnya permintaan di pasar valas memberikan ruang kepada perbankan
domestik untuk menambah simpanan valas mereka dalam jumlah yang cukup besar.
Disini tampak bahwa terjadinya defisit pada transaksi modal dan finansial lebih
dikarenakan meningkatnya aset valas bank, bukan karena adanya arus keluar
investasi asing. Dalam periode tersebut, investasi portofolio asing pada
surat-surat berharga berdenominasi rupiah secara keseluruhan masih meningkat
dan investasi langsung asing (PMA) masih surplus.
Realisasi Triwulan
II-2013
Bauran
kebijakan Bank Indonesia yang didukung oleh kebijakan Pemerintah di bidang
pembiayaan fiskal telah mengurangi dampak negatif memburuknya kondisi ekonomi
dan keuangan global pada triwulan II-2013 terhadap Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI) yang mengakibatkan berkurangnya defisit NPI. Penurunan defisit NPI
ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus dibanding
triwulan sebelumnya. Defisit transaksi
berjalan meningkat didorong oleh faktor musiman dan harga komoditas ekspor yang
masih mengalami penurunan. Permintaan konsumsi barang dan jasa yang meningkat
mendorong kenaikan impor nonmigas serta pengeluaran jasa transportasi dan jasa
travel. Selain itu, pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan
kepada investor asing juga meningkat sesuai jadwalnya.
Perbaikan
transaksi modal dan finansial berasal dari meningkatnya arus masuk PMA yang
mengindikasikan tetap kuatnya keyakinan investor terhadap kondisi fundamental
dan prospek ekonomi Indonesia. Selain itu, investasi portofolio asing masih
mencatat surplus. Hal ini didukung oleh langkah antisipatif Bank Indonesia
dalam meredam kenaikan ekspektasi inflasi melalui peningkatan suku bunga
kebijakan, langkah pemerintah menerbitkan obligasi valas, serta meningktanya
emisi global bonds oleh korporasi.
Perbaikan transaksi modal dan finansial juga berasal dari surplus investasi
lainnya, terutama berupa penarikan simpanan Bank domestik di luar negeri.
Realisasi Triwulan
III-2013
Kondisi
ekonomi global yang relatif membaik ditengah laju pertumbuhan ekonomi domestik
yang melambat mendorong perbaikan kinerja transaksi berjalan. Penurunan defisit
transaksi berjalan terutama bersumber dari meningkatnya surplus neraca
perdagangan nonmigas. Selain neraca perdagangan nonmigas, perbaikan kinerja
transaksi berjalan juga ditopang oleh neraca jasa yang mencatat defisit yang
lebih rendah pada triwulan laporan. Penurunan defisit neraca jasa terutama
dipengaruhi oleh meningkatnya surplus jasa perjalanan karena meningkatnya
inflow jasa perjalanan. Disamping itu, surplus neraca jasa yang tercatat lebih
tinggi juga berasal dari penurunan pembayaran jasa transportasi barang sejalan
dengan turunnya impor nonmigas.
Disisi
lain, respon kebijakan Bank Indonesia dan strategi pembayaran fiskal yang
diterapkan oleh Pemerintah ditengah berbagai risiko di pasar keuangan global
menopang kinerja transaksi modal dan finansial sehingga masih mencatat surplus.
Surplus transaksi modal dan finansial lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, antara lain dipengaruhi oleh kinerja investasi lainnya yang
mengalami defisit terutama akibat penempatan simpanan di luar negeri oleh
perbankan domestik. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat defisit yang
relatif sama dengan triwulan sebelumnya.
Realisasi Triwulan
IV-2013
Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV-2013 kembali mencatat surplus, setelah
selama tiga triwulan terakhir mengalami defisit. Perbaikan NPI ini ditopang
defisit transaksi berjalan yang menurun cukup tajam. Surplus ini juga ditopang
oleh peningkatan surplus transaksi modal dan fiansial. Kinerja NPI triwulan
IV-2013 yang kembali mencatat surplus tersebu tidak terlepas dari kontribusi
positif bauran kebijakan yang telah dilakukan BI bersama dengan Pemerintah
dalam menurunkan defisit transaksi berjalan dan memperkuat ketahanan sektor
eksternal. Penurunan defisit transaksi berjalan terutama didukung oleh naiknya
surplus neraca perdagangan barang, yang bersumber dari bertambahnya surplus
neraca perdagangan nonmigas dan menyempitnya defisit neraca perdagangan migas.
Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat karena ekspor nonmigas kembali
tumbuh positif didukung kenaikan ekspor manufaktur sejalan meningkatnya
permintaan dari AS dan Jepang, nilai tukar rupiah yang cukup kompetitif, dan
koreksi harga komoditas yang semakin terbatas.
Ditengah
masih berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, transaksi modal dan
finansial mencatat surplus dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus
transaksi modal finansial terutama didorong meningkatnya penarikan pinjaman
luar negeri swasta dan penarikan simpanan bank domestik di luar negeri. Selain
itu, arus masuk investasi langsung asing tetap kuat. Di samping itu, investasi
portofolio asing juga masih mencatat surplus. Dengan perkembangan triwulan
IV-2013 tersebut maka NPI secara keseluruhan tahun 2013 mencatat defisit
setelah sebelumnya surplus. Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya
pertumbuhan ekonomi dunia dan turunnya harga komoditas global, yang kemudian
berdampak pada penurunan ekspor Indonesia yang banyak berbasis sumber daya
alam. Bank Indonesia memperkirakan NPI pada 2014 akan lebih baik dan ditopang
oleh cadangan devisa.
Tahun 2012 dan 2013
PERIODE
2014
Realisasi
Triwulan I-2014
Perkembangan
positif NPI triwulan I-2014 ditopang oleh membaiknya neraca transaksi berjalan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan surplus transaksi modal dan
finansial yang cukup besar sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit
transaksi berjalan. Penurunan defisit transaksi berjalan terutama didukung oleh
penurunan impor sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Meskipun demikian,
penurunan impor tersebut tidak mampu mengimbangi kontraksi pertumbuhan ekspor
sehingga surplus neraca perdagangan barang mengalami penurunan. Selain itu,
penurunan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh defisit neraca jasa
dan pendapatan yang lebih rendah.
Membaiknya
kondisi fundamental ekonomi indonesia mendorong tingginya minat investor asing
untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Akibatnya, transaksi modal dan
finansial meningkat. Surplus transaksi modal dan finansial tersebut terutama
disumbang oleh arus masuk dana asing pada instrumen portofolio yang meningkat.
Kenaika investasi portofolio asing tersebut terjadi pada instrumen surat
berharga berdenominasi rupiah dan didukung pula oleh kebijakan penerbitan
obligasi internasional oleh pemerintah sebagai salah satu sumber pembiayaan
fiskal. Di samping itu, surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan
laporan juga disumbang oleh arus masuk investasi langsung asing (PMA) yang
tetap kuat pada level yang relatif sama dengan triwulan sebelumnya.Realisasi
Triwulan IV-2014.
Realisasi Triwulan
II-2014
Peningkatan
surplus NPI triwulan II-2014 ditopang oleh surplus transaksi modal dan
finansial yang meningkat signifikan, pada saat defisit transaksi berjalan
melebar sesuai pola musimannya. Sehingga posisi cadangan devisa pada triwulan
II-2014 meningkat menjadi USD107,7 miliar dari USD102,6 miliar pada akhir
triwulan I-2014. Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan
pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,1 bulan. Perbaikan
kinerja NPI terus berlanjut sehingga pada juli 2014, posisi cadangan devisa
kembali meningkat menjadi USD110,5 miliar.
Faktor
musiman dan proses pemulihan ekonomi global yang berlangsung dengan kecepatan
moderat mendorong kenaikan defisit transaksi berjalan. Disisi nonmigas, impor
nonmigas meningkat 12,4% antara lain terkait dengan naiknya kebutuhan menjelang
puasa dan Idul Fitri. Sementara itu, ekspor nonmigas hanya tumbuh 1,0% terutama
dipengaruhi turunnya permintaan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam.
Disisi migas, bertambahnya volume impor minyak mentah pada saat ekspor LNG
mengalami penurunan telah mendorong peningkatan defisit neraca perdagangan
migas. Tekanan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi melebarnya defisit
neraca jasa dan neraca pendapatan primer.
Sementara
itu, respon kebijakan Bank Indonesia ditengah berlanjutnya ketidakpastian pasar
keuangan global, mendorong peningkatan surplus transaksi modal dan finansial.
Surplus transaksi modal didukung oleh derasnya aliran masuk modal portofolio
dan aliran masuk investasi langsung sebagai cerminan terpeliharanya optimisme
investor terhadap prospek perekonomian domestik. Surplus transaksi modal juga
ditopang oleh surplus transaksi investasi lainnya. Surplus transaksi investasi
lainnya terutama berasal dari penarikan simpanan milik perbankan domestik di
luar negeri, selain untuk memenuhi kebutuhan nasabah juga untuk memanfaatkan
fasilitas simpanan berupa instrumen term
deposit valas yang disediakan oleh Bank Indonesia.
Realisasi Triwulan III-2014
Meningkatnya pertumbuhan volume perdagangan dunia telah
menahan laju penurunan permintaan terhadap ekspor Indonesia. Kinerja ekspor semakin meningkat
karena pada saat yang sama harga komoditas
ekspor Indonesia meningkat. Sementara
itu, impor masih terkontraksi sejalan dengan melambatnya konsumsi dan aktivitas produksi domestik. Defisit jasa
dan pendapatan primer juga menurun
sesuai pola musiman.
Di sisi lain,
perekonomian Eropa dan Jepang yang
menunjukkan arah perlambatan mendorong
kebijakan moneter akomodatif di saat otoritas moneter AS melakukan
pengurangan stimulus moneter (tapering off). Kondisi ini pada saat
bersamaan didukung oleh kepercayaan
investor yang masih
positif terhadap prospek ekonomi Indonesia sehingga mendorong meningkatnya aliran masuk dana asing pada
triwulan III-2014, terutama dalam bentuk investasi langsung dan penarikan
pinjaman luar negeri korporasi. Namun demikian, meningkatnya aktor
ketidakpastian di pasar keuangan global terkait normalisasi kebijakan moneter
the Fed dan sikap wait and see investor terhadap kabinet pemerintahan yang baru
telah mendorong keluarnya dana asing dari saham dan surat utang sektor publik
berjangka pendek, terutama pada Agustus September 2014 Selain itu, penempatan
simpanan swasta domestik di luar negeri
juga meningkat. Secara keseluruhan, surplus transaksi modal dan finansial triwulan III 2014
tercatat sebesar USD 13,7 miliar lebih rendah dibanding kan dengan surplus
sebesar USD 14,3 miliar pada triwulan II 2014. Meskipun demikian, surplus
transaksi modal dan finansial tersebut dapat membiayai sepenuhnya defisit
transaksi berjalan.
Realisasi triwulan
IV-2014
Di tengah proses pemulihan perekonomian global yang lebih lambat dari
perkiraan semula, keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan IV-2014 terus
mencatat perbaikan ke arah yang lebih sehat. Kinerja ekspor nonmigas di
triwulan laporan mencatat peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, melampaui
kenaikan yang terjadi pada sisi impor nonmigas. Defisit neraca perdagangan
migas juga menyusut sebagai dampak dari melemahnya harga minyak dunia. Selain
itu, meningkatnya surplus neraca pendapatan sekunder sesuai pola musimannya,
ikut membantu mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan.Secara keseluruhan,
defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang lebih sehat, yaitu dari
USD7,0 miliar atau 2,99% dari PDB pada triwulan III-2014 menjadi USD6,2 miliar
atau 2,81% dari PDB pada triwulan IV-2014.
Ekspor nonmigas turun 6,48% (yoy) akibat perlambatan ekonomi global dan
terus menurunnya harga komoditas. Penurunan kinerja ekspor nonmigas semakin
terlihat karena ekspor
pertambangan pada
triwulan IV-2013 tercatat cukup tinggi menjelang diterapkannya UU Minerba di
awal 2014. Selain itu, di tengah pelemahan harga minyak dunia, pemburukan juga
terjadi pada neraca perdagangan migas akibat turunnya lifting migas di saat
volume impor minyak masih tinggi.
Di sisi lain, persepsi investor yang positif terhadap prospek
perekonomian Indonesia dan imbal hasil yang masih menarik mendorong masuknya
aliran modal asing pada triwulan laporan. Secara keseluruhan, 4defisit transaksi berjalan 2014 tercatat sebesar
USD 26,2 miliar (2,95% PDB), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai USD29,1 miliar (3,18% PDB). Perbaikan tersebut didukung oleh
menurunnya impor, akibat melemahnya permintaan domestic sebagai dampak dari
moderasi pertumbuhan ekonomi domestik, menyusutnya defisit neraca jasa, dan
meningkatnya surplus neraca pendapatan sekunder. Disisi lain, surplus transaksi
modal dan finansial meningkat tajam didorong oleh positifnya kepercayaan
investor terhadap prospek ekonomi Indonesia menjadi USD 43,6 miliar di 2014,
dari hanya sebesar USD22,0 miliar di tahun sebelumnya. Dengan perkembangan
tersebut, NPI 2014 mencatat surplus USD 15,1 miliar setelah sebelumnya mengalami
defisit USD 7,3 miliar pada 2013.
V. KESIMPULAN
Dari
data di atas, sebagai kesimpulan neraca pembayaran adalah suatu ikhtisar yang
meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca
pembayaran Indonesia memuat statistik mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan
penduduk Indonesia dengan bukan penduduk dalam suatu periode tertentu. Bank
Indonesia mencatat, surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang kuartal
pertama 2010 melonjak tajam yakni US$6,6 miliar dibandingkan surplus NPI
kuartal sebelumnya sebesar US$4,0 miliar. Kenaikan angka surplus tersebut
ditunjang surplus pada transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial.
Sedangkan neraca perdagangan adalah Catatan sistematis atas nilai transaksi
barang suatu negara, biasanya untuk kurun waktu satu tahun, disebut neraca
perdagangan. Dari data diatas kita dapat mengetahui apa saja faktor-faktor dan
alasannya yang selama ini mempengaruhi Neraca Pembayaran Indonesia. Dari tabel
tersebut juga terdapat beberapa indikator yang sedikit banyak dapat
mempengaruhi perubahan NPI tersebut dari tahun ke tahun bahkan perubahan
per-triwulan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
- http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/neraca+pembayaran+indonesia/defalut.htm?page=2&year=0 (diakses tgl 08 Maret 2017, jam 19.00)
- http://infostatntb.wordpress.com/2010/01/19/memahami-neraca-pembayaran-indonesia-ii/ (diakses tgl 08 Maret 2017, jam 19.45)
- http://www.tribunnews.com/2011/03/01/neraca-perdagangan-indonesia-alami-surplus (diakses tgl 09 Maret 2017, jam 15.15)
- http://gurumada.com/bse/neraca-pembayaran#more-12266 (diakses tgl 09 Maret 2017, jam 15.30)
- http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/173092312201007172.pdf (diakses tgl 09 Maret 2017, jam 16.15)
- http://www.primaironline.com/berita/ekonomi/neraca-pembayaran-indonesia-kuartal-i-surplus-us-6-6-miliar (diakses tgl 09 Maret 2017, jam 17.00)







Tidak ada komentar:
Posting Komentar